header ads

Pemerintah Tiongkok tidak menindas Muslim Uighur di Xinjiang, tapi memerangi paham ekstremisme berkedok agama


Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk Indonesia Xiao Qian melalui juru bicaranya memberikan keterangan lengkap, Kamis (20/12) terkait polemik Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, Tiongkok.

Selain mengemukakan akar persoalan terkait gerakan ekstremisme internasional yang disebut telah berpengaruh luas dan menimbulkan konflik di Xinjiang, Kedubes Tiongkok juga memberikan penjelasan soal program pendidikan dan pelatihan vokasi untuk Muslim Uighur.

Dalam keterangannya, Pemerintah Tiongkok menyadari keberagaman suku di negeri tirai bambu itu. Mereka mengaku sepenuhnya memberikan perlindungan kepada setiap warganya seperti dijamin dalam Undang-Undang Dasar negara Tiongkok.

Sebelumnya, keterangan lengkap Kedubes Tiongkok dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan terkait program pendidikan dan pelatihan vokasi untuk Muslim Uighur yang kabarnya telah beredar luas.

Berikut keterangan lengkap Kedubes Tiongkok yang dikutip NU Online,Kamis (20/12) dari laman resmi Kedubes Tiongkok id.chineseembassy.org

Jawaban Juru Bicara Kedubes RRT atas Program Pelatihan dan Pendidikan Vokasi di Xinjiang

Tanya: Beberapa hari terakhir ini, program pelatihan dan pendidikan vokasi yang dilaksanakan di Xinjiang mendapat perhatian luas dari masyarakat Indonesia, apakah bisa memperkenalkan program tersebut di lapangan?

Jawab: Tiongkok merupakan negara multisuku dan multiagama. Hak-hak kebebasan beragama dan kepercayaan warga negara Tiongkok dijamin Undang-undang Dasar. Pemerintah Tiongkok, berdasarkan peraturan dan perundang-undangan, memberikan perlindungan kepada setiap warga negaranya, termasuk Muslim suku Uighur di Xinjiang untuk menjalankan kebebasan beragama dan kepercayaan.

Termasuk suku Uighur, ada 10 suku di Xinjiang yang mayoritasnya menganut agama Islam, dengan jumlah penduduk sekitar 14 juta. Ada 24,4 ribu masjid di wilayah Xinjiang, atau sekitar 70% dari jumlah total masjid di seluruh Tiongkok, jumlah masjid per kapita berada di jajaran terdepan di dunia. Jumlah ulama ada 29 ribu orang, sekitar 51% dari jumlah total di seluruh negara. Di Xijiang, ada 103 ormas agama Islam, mengambil porsi 92% dari seluruh ormas agama di Xinjiang. Didirikan pula beberapa pesantren dan madrasah. Setiap tahun, pemerintah lokal menyelenggarakan ribuan Muslim menunaikan ibadah haji ke Mekkah dengan menggunakan charter flight dan menyediakan staf dokter, tukang masak, pemandu, penerjemah dan sebagainya untuk memberikan layanan sepanjang perjalanan. Kitab Suci Al Quran dan serangkaian koleksi dari Al-Sahih Muhammad Ibn-Ismail al-Bukhari telah diterjemahkan dan dipublikasikan dalam bahasa Mandarin, Uighur, Kazak, Kirgiz dan bahasa lainnya di Tiongkok.

Akibat pengaruh ekstremisme keagamaan internasional, ekstremisme keagamaan telah tumbuh dan menyebar luas di Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir ini. Oknum ekstremis dan teroris telah merancang dan melakukan tindakan kekerasan dan teror sebanyak ribuan kali di Tiongkok, termasuk kerusuhan tanggal 5 Juli 2009 di Urumqi yang mengakibatkan 197 korban jiwa dan lebih dari 1700 orang teluka; serangan teror di stasiun kereta api Kunming pada tanggal 1 Maret 2014 yang mengakibatkan 31 orang tewas dan 141 orang terluka. Selain itu, mereka juga merancang dan melaksanakan sejumlah tindakan kekerasan dan teror yang mengakibatkan korban jiwa dan kerugian harta benda yang luar biasa besarnya, antara lain serangan kekerasan dan teror di Urumqi pada 22 Mei 2014, di Shanshan pada 26 Juni 2013, di Shache pada 28 Juli 2014, di Baicheng pada 18 September 2015. Masyarakat dari berbagai suku di Xinjiang sama-sama merasa marah dan mengecam kejahatan teroris. Dalam surat kepada pemerintah daerah oleh anak seorang polisi Uighur yang gugur saat menjalankan tugas, berbunyi bahwa saya berharap Pemerintah dapat secara tegas memberantaskan tindak pindana kekerasan dan teror sampai tuntas supaya tidak ada anak lagi yang membesar tanpa pendampingan ayahnya.

Terorisme dan ekstremisme adalah musuh manusia. Dengan menyerap pengalaman komunitas internasional dalam melawan terorisme, Tiongkok telah mengambil serangkaian langkah deradikalisasi. Di sebagian daerah di Xinjiang, sejumlah penduduk masih kurang menguasai bahasa mandarin, kesadaran dan ilmu pengetahuan hukum terbatas, keterampilan kerja mereka pun tidak memadai untuk mendapatkan kerja sehingga sangat rentan akan penghasutan dan instigasi oleh terorisme dan ekstremisme. Berdasarkan situasi ini, pemerintah daerah menyediakan program pelatihan dan pendidikan vokasi gratis kepada sebagian orang yang terdampak oleh pemikiran ekstremisme. Konten pelajarannya adalah bahasa mandarin, ilmu pengetahuan hukum, keterampilan kerja dan pendidikan deradikalisasi.

Kursus yang disediakan oleh lembaga pelatihan dan pendidikan vokasi itu termasuk produksi pakaian dan topi, pengolahan makanan, perakitan produk elektronik, tipografi dan pencetakan, e-commerce dan lain-lain. Para pelajar dapat mengambil satu atau dua kursus sesuai dengan keinginan dan kondisi diri sendiri. Selama masa pelatihan, para pelajar dibayar gaji. Kebiasaan kehidupan normal mereka dihormati dan dilindungi berdasarkan latar belakang eknis dan agamanya. Setelah para pelajar lulus, institut ini akan merekomendasikannya kepada perusahaan lokal sesuai dengan keterampilan kerja mereka, supaya para lulusan mendapat pekerjaan dan menjadi kaya. Praktek ini membuktikan bahwa pelatihan vokasional merupakan tindakan efektif di Xinjiang untuk menghapuskan lingkungan dan tanah terorisme dan ekstremisme,dan juga mencegah kejahatan kekerasan dan teror.

Hingga saat ini, tindakan antiteroris komprehensif di Xinjiang telah mendapat hasil nyata. Selama 21 bulan ini, tak pernah terjadi serangan teroris dan kekerasan di Xinjiang, jumlah perkara tindak pidana dan gangguan keamanan umum menurun secara drastis. Kondisi keamanan umum di Xinjiang membaik signifikan, penyebaran ekstremisme keagamaan terkendali efektif. Stabilitas sosial mempercepat pembangunan ekonomi. Pertumbuhan PDB Xinjiang pada tahun 2017 mencapai 7.6 persen. Pada bulan Januari sampai September tahun ini, Xinjiang mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara sebanyak 132 juta orang, bertumbuh 40 persen dibandingkan waktu sama tahun yang lalu. Sekarang Xinjiang semakin indah dan aman. Penduduk setempat tak perlu takut-menakut lagi, bisa berjalan-jalan, belanja, makan bersama dan bertamasya dengan tenang hati. Kepercayaan beragama setiap suku di Xinjang termasuk Uighur dilindungi pemerintah dengan lebih baik.

Tiongkok dan Indonesia merupakan tetangga baik, teman baik dan mitra baik. Kita selalu saling mendukung dalam isu-isu yang menyangkut kepentingan besar masing-masing. Kami yakin bahwa jika telah diketahui keadaan nyata Xinjiang, teman-teman Indonesia akan lebih memahami dan mendukung tindakan yang diambil pemerintah Tiongkok untuk memerangi terorisme dan ekstremisme, menjaga stabilitas sosial dan keamanan masyarakat di Xinjiang. Dalam beberapa tahun ini, Kedutaan Besar Tiongkok terus-menerus menulis artikel di media Indonesia untuk memperkenalkan keadaan Xinjiang, mengundang tokoh-tokoh agama dan jurnalis Indonesia untuk berkunjung ke Xinjiang dan provinsi-provinsi yang lain. Seperti apa yang mereka lihat, penduduk Xinjiang dari berbagai suku dan muslin lain di Tiongkok sedang hidup dan bekerja dengan bahagia. Kami menyambut lebih banyak teman-teman Indonesia mengunjungi, melihat dan mengenal Tiongkok yang nyata.

(Fathoni/NU Online)
judul asli versi nu online : Keterangan Lengkap Kedubes Tiongkok soal Muslim Uighur di Xinjiang
Diberdayakan oleh Blogger.