Harlah Ke-90 NU, PCINU Maroko Kaji Sejarah Nahdlatul Ulama
Rabat, NU Online.
Dalam rangka memperingati Harlah Ke-90 NU, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul
Ulama Maroko menggelar peringatan yang diisi dengan diskusi dan pembacaan
sejarah NU di ruang serbaguna KBRI Rabat, Ahad (14/2/16). Sejarah NU diangkat
dalam peringatan harlah agar para warga dan komunitas NU mengetahui gerakan
pendahulu mereka.
Tampak hadir Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Maroko Endang Dwi
Syarief Syamsuri beserta Ella Syamsuri, jajaran staf KBRI Rabat, WNI, nahdliyin
dan anggota PPI Maroko ini.
Endang Dwi
Syarief Syamsuri menyampaikan pentingnya sejarah dan mengapresiasi diskusi ini.
“Saya yang ilmunya tidak ada 5 atau 6 % dari 100% ini merasa perlu untuk
belajar,” ujarnya.
Pembacaan sekilas sejarah NU disampaikan oleh anggota Fatayat PCINU Maroko Layyinah Nur Chodijah yang sekaligus mengenalkan Nahdlatul Ulama dan peranannya bagi bangsa dan negara serta dunia.
Pembacaan sekilas sejarah NU disampaikan oleh anggota Fatayat PCINU Maroko Layyinah Nur Chodijah yang sekaligus mengenalkan Nahdlatul Ulama dan peranannya bagi bangsa dan negara serta dunia.
Diskusi ini
menghadirkan Mustasyar PCINU Maroko Prabowo WIratmoko Jati sebagai narasumber.
Sementara Ketua LDNU PCINU Maroko Muhammad Makhludi merupakan narasumber
pembanding. Forum ini dipandu Sekretaris PCINU Maroko Fairuz ‘Ainun Na’im.
Pada diskusi ini, Bapak Prabowo memaparkan tali sejarah penting mengenai proses terbentuknya sejarah Nusantara yang hilang.
Pada diskusi ini, Bapak Prabowo memaparkan tali sejarah penting mengenai proses terbentuknya sejarah Nusantara yang hilang.
Makhludi
menjelaskan mengenai proses masuknya Islam ke Nusantara. Ia menggunakan teori
Bashrah, teori yang mengatakan kaum Syiah dikejar Bani Umayyah dan kemudian
lari ke Nusantara, terjadi pada abad ke-7 masehi.
Makhludi
memaparkan perihal 245 aliran kepercayaan yang ada di Nusantara termasuk
kejawen yang juga memiliki bermacam-macam jenis di dalamnya. Ia mengungkapkan
perihal dimensi kejawen dan abangan yang dihembuskan oleh penjajah waktu itu
untuk memecah belah umat Islam. Hingga seakan-akan kejawen adalah sesuatu yang
tidak baik di mata Islam dan sebaliknya.
“Islam datang untuk menyempurnakan akhlak dan bangsa-bangsa di Nusantara,
khususnya di Jawa waktu itu sudah berperadaban,” pungkasnya.
Diskusi yang berjalan cukup singkat ini mencoba menekankan pentingnya
sejarah sebagai cerminan untuk masa depan dan menumbuhkan kepercayaan diri
dalam diri manusia Nusantara dalam rangka mencari kesadaran-kesadaran umat
Islam Nusantara sebagai bangsa yang besar.
Acara ini ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Katb Syuriyah PCINU Maroko
Rifqi Maula. (Kusnadi El-Ghezwa/Alhafiz K)
Post a Comment