Kyai-kyai Nusantara. “Sahabat Hingga Ke Liang Lahat “
KH Muhammad Ma’roef Kedonglo (1852 M - 1955 M), KH Abdul Karim Lirboyo(1856
M - 1954 M), KH Abu Bakar Bandar Kidul (. . . . - 1957 M) adalah tiga serangkai
kyai yang menjadi rujukan bagi masyarakat kota Kediri kala itu. Kesepakatan (ijma') mereka pada sebuah masalah, selalu menjadi
pedoman bagi ulama dan masyarakat Kediri.
Ketiga Kyai
ini selalu terlihat bersama dan rukun atau guyup dalam bahasa jawanya. Setiap
menghadiri sebuah acara, atau berada dalam kendaraan, posisi dan formasi
ketiganya tidak pernah berubah, Kyai Abdul Karim selalu terlihat duduk
ditengah, Kyai Ma’ruf disebelah kirinya, dan Kyai Abu Bakar disebelah kanannya.
Hal itu menunjukkan betapa istiqomahnya mereka bertiga. Dalam hal-hal yang
sederhana saja, seperti duduk, mereka begitu istiqomah, terlebih lagi dalam hal
ibadah pada Tuhan mereka.
Konon, ketika mereka sedang bepergian, terutama saat bepergian jauh, di
dalam kendaraan, Kyai Ma’ruf lebih banyak menghabiskan waktunya untuk sholat
sunnah fissafar, Kyai Abdul Karim membaca wirid ( wiridan ) dan Kyai Abu Bakar
membaca sholawat. Praktis ketiganya jarang sekali
terlihat saling berbicara apalagi bersenda-gurau, mereka bertiga lebih asyik
dengan aktifitas masing-masing.
Yang sungguh unik , saat mereka bertiga meninggal dunia, tanpa sebuah perjanjian
, Kyai Abdul Karim dimakamkan tepat dibarat pengimaman (mihrab) masjid Lirboyo,
Kyai Ma’ruf disebelah kiri (selatan ) pengimaman masjid Kedunglo, dan Kyai Abu
Bakar disebelah kanan ( utara ) masjid Bandar Kidul.
Menurut KH
Mahrus Aly, hal itu mencerminkan betapa kompak, rukun dan tulus sekali
persahabatan mereka bertiga. Hingga setelah meninggalpun, posisi dan formasi
mereka bertiga tidak berubah sama sekali sebagaimana saat mereka masih hidup.
Kyai Abdul Karim ditengah, Kyai Ma’ruf disebelah kiri, dan Kyai Abu Bakar
disebelah kanan. Sebuah teladan dan gambaran indah persahabatan dunia ahirat.
Wallohu A'lam . . . .
Post a Comment