Negara Materialis
Lbm-Nu Lampung - Negara
Materialis…, dalam kajian ilmu balaghoh istilah itu, termasuk dalam
katagori majaz mursal yang ‘alaqohnya mahalliyah (mengatakan tempat tetapi yang
dikehendaki adalah penghuninya atau keadaan didalamnya). Istilah ini timbul
sebagai relevansi fenomena yang sedang menggejala dan merajalela
ditengah-tengah masyarakat, kebanyakan dari mereka mengukur apapun dengan
hitungan materi antara untung dan rugi.
Bahkan dalam
menjalankan ibadah sekalipun, mereka lebih menyorot kepada keuntungan duniawi
daripada keselamatan ukhrowi, mereka sanggup dan berani mengerjakan apapun
dalam usahanya menggait kecintaan tuhan agar sudi membantu dalam upayanya
mengejar kesuksesan duniawi, seperti mengerjakan ritual ini, wirid ini, puasa
ini yang bertujuan atau sebagian tujuannya agar dimudahkan rizkinya, diterima
kerja disini, dapat menduduki jabatan ini, agar dipelihara harta bendanya, dan
lain sebagainya.
Secara
fisik semua manusia sama, yang berbeda adalah cara pandang mereka mengenahi
kehidupan. Hal ini karena dipengaruhi oleh situasi dan kondisi serta ilmu yang
mereka peroleh, Jika harta benda ia anggap sanggup membahagiakan, maka ia akan
berusaha dapat mengumpulkan harta benda sebanyak-banyaknya, jika ilmu yang ia
anggap dapat membahagiakan, maka ia akan berusaha mencarinya, dan jika
kekuasaan yang ia anggap sanggup membahagiakan, maka ia akan berusaha sekuatnya
untuk mendapatkan kedudukan dan kekuasaan.
Ada orang yang
sengaja menjauhi hiruk pikuk dunia untuk mendapatkan kebahagiaan ukhrowi, ada
yang hanya mengurusi dunianya, melupakan atau pura-pura lupa akan kehidupan
setelahnya, ada pula yang gigih menghadapi tantangan hidup didunia sambil berbekal
untuk kehidupan akhiratnya.
Akan tetapi sekarang
ini sudah tidak banyak orang yang mendahulukan urusan ukhrowi daripada urusan
duniawi, apalagi orang yang tulus ihlas hanya mementingkan ukhrowi, kiranya
sudah menjadi barang antik dan hampir mengalami kepunahan, kebanyakan adalah
budak-budak nafsu yang dengan segala daya upaya berusaha mengejar kesenangan
dan kepuasan. Mereka lebih betah dan khusyuk mendengarkan ceramah yang rasional
yang dapat mendukung dan mensuport usahanya dalam meraih kesuksesan duniawi,
daripada mendengarkan ceramah-ceramah agama yang banyak menyinggung persoalan
surga dan neraka, mungkin mereka sudah tidak peduli lagi akan nasibnya kelak di
akhirat. Apakah kelak termasuk orang yang sa’adah atau orang yang syaqowah?.
Atau bahkan mereka sudah tidak yakin lagi akan adanya hari kiamat, hari
pembalasan, hari kepastian antara haq dan batil ?
Rasulullah saw
bersabda “mencintai dunia adalah pokok dari segala kesalahan”. Sementara
kesalahan sangat berpotensi mendatangkan madlorot bagi Sipelaku dan
lingkungannya. Rasanya sudah plak sekali jikalau Negara seperti ini, banyak
terjadi kecurangan, kekacauan, musibah dan bencana dimana-mana, karena sebagian
besar dari warganya sangat mencintai harta benda dan kurang memperhatikan
ajaran-ajaran agamanya. Telah tampak kerusakan didarat dan dilaut karena ulah
tangan manusia (ArRum 41). Dan apa saja musibah yang menimpah kamu, maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahanmu). (Assyuro. 30).
Post a Comment