Kisah Santri Penjual Cilok yang berhasil Kuliahkan Istri Hingga S2
Lbm-Nu Lampung - Seperti
cerita-cerita sinetron di layar kaca, namun nyata terjadi…itulah gambaran
perjuangan seorang santri asal Gerning Tegineneng Pesawaran Lampung dalam
mengejar cita cita. Dengan berjualan cilok di Ponorogo dan menetap di sana
sampai bertahun-tahun demi untuk mengantar istrinya sampai ke s2.
“Untuk itu saya
harus berjualan dari sekitar jam 16.30 (setengah 5 sore) sampai sekitar jam
20.30 (setengah 9 malam), sementara pagi harinya saya gunakan untuk belanja dan
memasak bahan dagangan”.
“Kalau kiat
bisnis dan usaha secara umum dimana mana sama, yaitu pada menata pola pikir dan
hati. Awal di Ponorogo, saya di ajari kalau ingin berwirausaha itu pertama
menata hati, Ojo Kagetan, Aleman, Lecek’an. (Jangan mudah kaget baik saat
sukses maupun gagal, jangan mudah lupa diri saat dipuji, jangan mudah
menyerah)”. Misalnya jualan baru rame, jangan terus kredit motor baru dan motor
lama dijual, nanti pusing sendiri tiap bulannya harus bayar angsuran padahal
motor lama masih lancer dipakai. Kalau menuruti gengsi, ingin dipuji dan di
anggap wah kita sendiri nanti yang susah. Lebih baik uangnya ditabung untuk
persiapan kalau ada kebutuhan juga untuk investasi membesarkan usaha. Saya
ikuti nasihat nasihat sederhana ini, alhamdulilah besar hikmahnya.”…tuturnya.
Muhamad
Mualimin atau yang lebih akrab dipanggil “Limin” yang dulunya santri di pp.
al-Hidayat Gerning itu, sukses mengantar sang istri yang berasal dari Lampung
Tengah (keturunan Ponorogo) menyelesaikan kuliah S2 (Magister Ekonomi Syariah )
di sebuah perguruan tinggi negeri di Ponorogo.
Setelah istrinya
lulus Limin sekeluarga pulang ke Lampung. Dan kini ia kembali ke habitatnya
yaitu Pesantren, ia menjadi seorang ustadz/pengajar di sebuah
lembaga pendidikan di desa Kibang, kecamatan Metro Kibang
kabupaten Lampung Timur, sementara sang istri kini menjadi dosen.
“Setelah istri saya lulus, kami sekeluarga pulang ke Lampung.
Alhamdulilah di Lampung di beri kelancaran. Saat ini saya mengajar di sebuah
lembaga pendidikan SMP berbasis pesantren bernama SMP/Pesantren AL IMAM,
materinya kitab kitab fiqh tingkat dasar, sedang istri saya saat ini menjadi
pengajar/ dosen di STAIN Metro, Lampung Tengah”
Semoga perjalanan kisah mereka bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.
Aamiin.
Post a Comment