Syaikh Musthafa Husein Nasution Sumatera Utara. Sang Ulama dan Pejuang Istiqomah
Syaikh Musthafa
Husein Nasution atau Muhammad Yatim adalah anak ketiga dari sembilan bersaudara
dari pasangan Husein dan Halimah. Beliau
lahir di Desa Tano Bato pada tahun 1303/1886. Sebelum beliau mengembara ke
Makkah dalam rangka menuntut ilmu agama, beliau dibimbing oleh Syekh Abdul
Hamid Hutapungkut Julu selama kurang lebih tiga tahunan. Atas bimbingan Syaikh
Abdul Hamid inilah muncul semangat pada diri Muhammad Yatim (Syekh Musthofa)
untuk memperdalam ilmu agamanya di Makkah.
Setelah lima tahun di Makkah beliau sempat berkeinginan untuk berpindah
belajar di mesir, tetapi keinginan itu beliau gagalkan karena banyaknya
orang-orang yang menasehatinya agar tetap dan istiqomah belajar di Makkah. Beliau-pun akhirnya mantap dan berkonsentrasi untuk terus belajar di
Masjidil Harom di dalam bimbingan ulama-ulama terkemuka. Diantaranya adalah,
Syekh Abdul Qodir al-Mandily, Syekh Ahmad Sumbawa, Syekh Sholeh Bafadlil, Syekh
Ali Maliki, Syekh Umar Bajuned, Syekh Ahmad Khothib Sambas dan Syekh Abdur
Rahman.
Setelah kembali ke Tanah Air, beliau getol memperjuangkan Islam ‘alaa
Ahlissunnah wal Jama’ah dengan berda’wah kepada masyarakat dan mendirikan
Pondok Pesantren sebagai tempat belajar anak-anak bangsa yang akhirnya pondok
pesantren tersebut di kenal dengan Pondok Pesantren Musthofawiyah atau lebih dikenal dengan
Pesantren Purba yang mempunyai hampir 10 ribu santri dari berbagai suku dan
propinsi di Indonesia bahkan dari negara tetangga Malaysia.
Syekh Musthafa Husein Nasution ini sangat gigih dalam mengembangkan fiqh
‘alaa madzhab Imam Syafi’i. Hal ini dapat di lihat dari Pesantren beliau
sekarang ini yang masih mempertahankan tradisi-tradisi pesantren yang sudah
sejak awal telah dirintis dan ditekankan oleh beliau. Mulai
dari paham keagamaan, kitab-kitab yang dipelajari, hingga dengan cara
berpakaian dan tempat tinggal santri. Dalam ilmu fiqh, kitab-kitab yang
dipelajari seperti Matan Ghayah Wa Taqrib, Hasyiijah Bajuri, Hasyiyah asy-Syarqawi
dan lain-lain. Dalam bidang aqidah, kitab-kitab yang dipelajari seperti
Kifayatul Awam, Hushnul Hamidiyyah, Hasyiyah Dusuki Ala Ummil-Barahin dan
lain-lain. Saduran bebas dari Risalah NU
Post a Comment