Khutbah Idul Adlha; Hikmah Dari Do’a Nabi Ibrohim
ألسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
الله
أكبر.......... الله أكبر.......... الله أكبر..........
الله
أكبر.......... الله أكبر.......... الله أكبر..........
الله
أكبر.......... الله أكبر.......... الله أكبر..........
اَللهُ
أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَاَصِيْلًا. لآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ ولا نعبد الا اياه مخلصين له الدين ولوكره
المشركون. لا اله الا الله واحده, صدق وعده, ونصر عبده, وأعز جنده, وهزم الاحزاب
واحده. لا اله الا الله وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ.
أَلْحَمْدُلِلّٰهِ
حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ, نَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى اَلَّذِى
جَعَلَ الْخَلِيْلَ إِبْرَاهِيْمَ إِمَامًالَنَا وَلِسآئِرِالْبَشَرِ. أَشْهَدُ
أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعاَلَمِيْنَ .
أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَاِبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا
بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ, إِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ
اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X .............
Walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang
Dimuliakan Allah.
Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah
yang begitu banyak sehingga kita bisa hadir pada pagi ini dalam pelaksanaan
shalat Idul Adha. Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah
Subhanahu wa Ta’ala kepada kita, yakni nikmat iman dan Islam serta nikmat sehat
wal ‘afiyat. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat dan para
pengikuti setia hingga hari kiamat nanti.
Allahu Akbar 3X .............
Walillahilhamd.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Salah satu yang amat kita
butuhkan dalam menjalani kehidupan yang baik adalah keteladan dari
figur-figur yang bisa diteladani. Dengan adanya keteladan, kita memiliki tolok
ukur untuk menilai apakah perjalanan hidup kita sudah baik atau belum. Karena
itu, hari ini kita kenang kembali manusia agung yang diutus oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta
keluarga Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita bahkan
Nabi Muhammad saw harus mampu mengambil keteladanan darinya, Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada suri
teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia
(QS Al Mumtahanah [60]:4).
Dari sekian banyak hal yang harus kita
teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia serta
mengambil hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di tanah
suci, sedikitnya ada 3 (tiga) hikmah yang menjadi isyarat bagi
kaum muslimin untuk mewujudkannya dalam kehidupan ini. Sebagaimana keinginan Nabi Ibrahim as yang tercermin dalam
do’anya disebutkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya :
رَبِّ هَبْ
لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي
الآخِرِينَ
(Ibrahim berdo'a): "Ya
Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan
orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi
orang-orang (yang datang) kemudian, (QS As Syu’ara [26]:83-84)
Pertama, hikmah yang harus kita raih adalah keinginannya yang amat
besar Nabi Ibrahim untuk memiliki ilmu. Dalam tafsir Al Mishbah,
kata hukman dipahami oleh al-Biqai berarti amal ilmiah, yakni amal
yang baik berdasar ilmu. Sunnguh sangat mulia pada diri Nabi Ibrahim yang
berdoa meminta ilmu dan pemahaman agar selalu menjalani kehidupannya di jalan
Allah swt. Namun yang amat disayangkan adalah banyak orang yang meminta ilmu kepada
Allah, bahkan sampai memiliki gelar kesarjanaan tertinggi tetapi ilmu tersebut
diamalkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan malah mendatangkan dosa.
Karena itu dengan ilmu manusia bisa saja masuk surga dengan selamat dan dengan
ilmu juga manusia bisa saja masuk neraka jika ilmunya digunakan untuk hal-hal
yang negatif, bahkan memperoleh siksa yang lebih dahsyat, Rasulullah saw
bersabda:
اَشَدُّ
النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ
عِلْمُهُ
Orang yang paling keras siksanya
pada hari kiamat adalah orang yang berilmu tapi tidak dimanfaatkannya (HR.
Thabrani dari Abu Hurairah ra).
Kedua; Hal yang luar biasa dari do’a Nabi Ibrahim di atas adalah
beliau meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar dimasukkan ke dalam
golongan orang yang shaleh, padahal seorang Nabi sudah pasti shaleh, tapi masih
saja ia berdo’a agar dimasukkan ke dalam kelompok orang yang shaleh, ini
menunjukkan betapa pentingnya menjadi shaleh dan beliau tidaklah merasa tinggi
hati dengan keshalehannya hingga akhirnya ia tetaplah berdo’a meminta
dimasukkan ke dalam golongan orang yang shaleh.
Untuk menjadi mukmin yang shalih
setiap hamba harus melakukan amal dan usaha yang bisa menghindarkan dari adzab
Allah yang sangat pedih. Hal itu Allah telah menunjukkkannya kepada kita sebagaimana
firman-Nya:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ
أَلِيمٍ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang
dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah
yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.” (QS. Ash-Shaaf: 10-11)
Dalam ayat diatas kita ambil hikmah, kenapa
firman Allah mendahulukan jihad di jalan Allah dengan harta benda baru dengan
jiwa raga. Karena melaksanakan amal ibadah dengan harta benda itu lebih berat
dibanding ibadah dengan jiwa raga. Demikian halnya ibadah kurban akan berat
dirasakan jika tidak memiliki jiwa yang shalih.
Kurban berasal dari kata Qoruba, Yuqoribu,
Qurbanan yang artinya dekat. Menurut istilah kurban berarti mendekatkan diri
kepada Allah dengan menyembelih hewan kurban dengan niat tertentu dan dalam
waktu yang telah ditentukan pula.
Dalam kitab al Iqna fii Halli Alfaazhi Abi
Syujaa’ juz II halaman 278, cetakan Al Ma’aarif / juz II halaman 588, Maktabah
Syamilah, dijelaskan:
)وَالْأُضْحِيَّةُ)
بِمَعْنَى التَّضْحِيَةِ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ لَا الْأُضْحِيَّةِ كَمَا
يُفْهِمُهُ كَلَامُهُ لِأَنَّ الْأُضْحِيَّةَ اسْمٌ لِمَا يُضَحَّى بِهِ
UDLHIYYAH
dengan arti TADHIYAH (berkurban) sebagaimana dalam kitab ar-Raudhah, bukan arti
Udlhiyyah sebagaimana yang dipahami dari ucapan mushannif. Karena Udlhiyyah
adalah nama hewan yang untuk berkurban
.
)سُنَّةٌ)
مُؤَكَّدَةٌ فِي حَقِّنَا عَلَى الْكِفَايَةِ إنْ تَعَدَّدَ أَهْلُ الْبَيْتِ
فَإِذَا فَعَلَهَا وَاحِدٌ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ كَفَى عَنْ الْجَمِيعِ وَإِلَّا
فَسُنَّةُ عَيْنٍ
Hukumnya sunnah muakkad untuk kami (umat Islam)
dengan sunnah kifayah (jika ada satu yang melakukan, maka yang lain gugur
perintah melakukannya) apabila ahli rumah berbilang jumlahnya. Jika tidak
berbilang (maksudnya hanya satu orang) maka hukumnya sunnah ‘ain
Dalam kitab Fathu Qadiir Libni Humaam juz 22
halaman73, Maktabah Syamilah:
)الْأُضْحِيَّةُ وَاجِبَةٌ عَلَى كُلِّ
حُرٍّ مُسْلِمٍ مُقِيمٍ مُوسِرٍ فِي يَوْمِ الْأَضْحَى عَنْ نَفْسِهِ وَعَنْ
وَلَدِهِ الصِّغَارِ) أَمَّا الْوُجُوبُ فَقَوْلُ أَبِي حَنِيفَةَ وَمُحَمَّدٍ
وَزُفَرَ وَالْحَسَنِ وَإِحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ عَنْ أَبِي يُوسُفَ رَحِمَهُمُ
اللَّهُ .
Udlhiyyah (berqurban) hukumnya wajib bagi
setiap orang merdeka (bukan budak), muslim, mukim dan kaya pada hari Adha untuk
dirinya dan anak-anaknya yang kecil. Adapun
hukum wajib berqurban adalah pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Muhammad, Imam
Zufar, Imam al Hasan dan salah satu riwayat dari Imam Abu Yusuf
rahimahumullaah.
Dalam kitab Tabyiinul Haqaa`iq Lizzaila’i al
Hanafi juz 16 halaman 283, Maktabah Syamilah:
وَوَجْهُ
الْوُجُوبِ قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { مَنْ وَجَدَ سَعَةً
فَلَمْ يضحِ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا } رَوَاهُ أَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَهْ ،
وَمِثْلُ هَذَا الْوَعِيدِ لَا يُلْحَقُ بِتَرْكِ غَيْرِ الْوَاجِبِ
Wajah wajibnya berkurban adalah sabda Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, “Barangsiapa mempunyai kemampuan dan tidak berqurban
maka janganlah mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Ancaman macam ini tidak akan dilekatkan dengan meninggalkan perkara yang tidak
wajib.
Janji siksaan Allah bagi siapa yang tidak mau
mengeluarkan sebagian hartanya baik untuk zakat maupun untuk berkurban dan
lainnya telah dijelaskan oleh Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa salam
sebagaimana sabdanya:
روى البخاري
عن أبي هريرة –رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: ((من آتاه
الله مالاً فلم يؤدِّ زكاته مُثِّل له شجاعاً أقرعَ له زبيبتان يطوَّقه يوم
القيامة يأخذ بِلِهْزِمتيه -يعني بشدقيه- يقول: أنا مالك أنا كنزك)) ثم تلا هذه
الآية: {وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن
فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ} (180) سورة آل عمران
“Barangsiapa yang diberikan harta
oleh Allah lalu dia tidak mengeluarkan zakatnya, maka pada hari kiamat harta
tersebut akan diumpamakan baginya dengan seekor ular besar yang memiliki dua
titik hitam di kepalanya, seraya berkata, ‘Aku adalah hartamu dan aku adalah
simpananmu,’ Lalu beliau membaca ayat: “Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka
dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Ali Imran: 180) [HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra.]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam sangat
menekankan ibadah sebagaimana sabdanya:
عن
أبي هريرة - رضي الله عنه - قال : قال النبي - صلى الله عليه وآله وسلم - : "
من كان له مال فلم يضح فلا يقربن مصلانا " ، وقال مرة : " من وجد سعة
فلم يذبح فلا يقربن مصلانا " . هذا حديث صحيح الإسناد روه الحاكم فى
المستدراك 7639
Dari Abu Hurairah ra. berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memiliki
harta dan tidak berkurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami.” Dan
dalam riwayat lain, “Barangsiapa memiliki kesempatan (keluasan rizki) tetapi
tidak berkurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami.” (HR. Al-Hakim,
hadits shahih dalam al-Mustadrak hadits ke-7639)
Ketiga; Do’a ketiga dari Nabi Ibrahim as yaitu agar menjadi buah tutur
yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian. Tentu sebagai seorang nabi,
Ibrahim as tidak berucap atau bertindak yang buruk kepada keluarga dan kaumnya,
meskipun begitu beliau khawatir bila ada saja orang yang membicarakan
keburukannya. Oleh karena itu, kesempatan hidup kita yang amat terbatas ini
harus kita gunakan untuk membuat sejarah hidup yang mulia sehingga menjadi
bahan pembicaraan yang baik saat kita sudah wafat, bukan karena kita ingin
mendapat pujian, tapi karena memang hanya kebaikan yang boleh dibicarakan
tentang orang yang sudah mati, namun bila tidak ada kebaikan yang bisa
dibicarakan, lalu apa yang akan orang bicarakan tentang kita. Karena itu
menjadi penting bagi kita untuk merenungi kira-kira bila kita sudah mati, apa
yang orang bicarakan tentang kita, tentu seharusnya kebaikan dan manfaat hidup
kita yang mereka rasakan, bukan karena kita suka menceritakannya kebaikan kita
kepada orang lain. Manusia terbaik adalah yang paling bisa dirasakan manfaat
keberadaannya oleh orang lain, Rasulullah saw bersabda:
خَيْرُالنَّاسِ
أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Sebaik-baik orang adalah yang
paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudha’i dari Jabir ra).
وقال
الطبراني في الكبير [ 13646 ] عن بن عمر أن رجلا جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم
فقال يا رسول الله أي الناس أحب إلى الله وأي الأعمال أحب إلى الله فقال رسول الله
صلى الله عليه وسلم أحب الناس إلى الله تعالى أنفعهم للناس وأحب الأعمال إلى الله
تعالى سرور تدخله على مسلم
Dari Ibnu Umar ra. bahwa seorang
laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai
Rasulullah, manusia manakah yang paling dicintai Allah dan amalan apakah yang
paling dicintai Allah?’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah orang yang bermanfa’at untuk orang
lain dan amalan yang paling dicintai Allah adalah menyenangkan hati orang
islam.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir 13646)
الخطبة
الثانية
الله
أكبر.......... الله أكبر.......... الله أكبر..........
الله
أكبر.......... الله أكبر.......... الله أكبر..........
الله
أكبر..........
اَللهُ
أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا.
لآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ
لله الذي جعل الاعياد باالافراج والسرور, وضاعف للمتقين جزيل الاجور, وكمل الاضحية
لعموم المؤمنين لسعيهم المشكور, أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَاِبِه وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. أَمَّا
بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ, إِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ
اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
واعلَموا
أن يومكم هذا يوم عيد الاضحى أنَّ الله أمرَكُمْ بأمْرٍعظيمٍ، وأمرَكُمْ باالاضحية
فى هذا الشهر الكريم . إِنَّ اللَّه امركم بأمر بداء فيه بنفسه, وثنى بملائكته
واياه باالمؤمنين من عباده وقال عز وجل : إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا *
اللهُمَّ
صَلِّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا
إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنك حميد مجيد، اللهم بارِكْ على سيّدِنا
محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ
سيّدِنا إبراهيمَ إنَّكَ حميدٌ مجيدٌ،
اللهُمَّ اغفر للمؤمنين
والمؤمنات والمسلمين والمسلمات, الأحياء منهم والأموات، واتبع بينناوبينهم
باالخيرات, ويا خيرالناصرين برحمتك يا ارحم الراحمين. اللهُمَّ إنّا دعوناكَ فاسْتَجِبْ لنا دُعاءنا
فاغفر اللهم لنا ذنوبنا وإسرافنا في أمرنا وتوفّنا وأنت راضٍ عنّا، اللهمَّ من
أحييته منّا فأحيهِ على الإسلام ومن توفّيتهُ منّا فتوفَّهُ على كاملِ الِإيْمان،
اللهمّ لا تدعْ لنا في يومنا هذا ذنّبًا إلا غفرته ولا مريضًا إلا شفيته يا أرحم
الرّاحمين، اللهُمَّ إنّا نسألك التُّقى والنَّقى والعفافَ والغِنى، اللهُمَّ
اجعلنا من عبادك الصّالحين. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار, والحمدلله رب
العالمين.
Post a Comment