Kebohongan-Kebohongan Ibu terhadap anak-anaknya
Tulisan ini
hanya menyingkap sedikit kebohongan seorang ibu terhadap-anak-anaknya, dan
kebohongan yang tertulis di sini juga bukanlah sesuatu yang muthlaq harus seperti
itu. Sebab sangatlah mungkin keadaan dan latar belakang setiap ibu yang
berbeda-beda, dan keadaan juga latar belakang anak-anak yang berbeda-beda
pula, maka bentuk dari kebohongan
seorang terhadap anaknya-pun menjadi berbeda pula.
Berikut ini
adalah gambaran kebohongan-kebohongan seorang ibu terhadap anak-anaknya ;
- Ketika hendak makan, jika makanannya hanya sedikit atau kurang, seorang ibu akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, “makanlah ibu tidak lapar”.
- Saat makan, seorang ibu selalu menyisihkan ikan/daging untuk anaknya dan berkata, “ibu tidak suka ikan/daging, makanlah nak…!”.
- Tengah malam saat seorang ibu menjaga anaknya yang sedang sakit, Ia berkata kepada anaknya, “Istirahatlah nak…!, ibu belum ngantuk”.
- Saat anak sudah bekerja dan mendapatkan hasil dari pekerjaannya, anak mengirimkan uang untuk ibunya dengan harapan Ibunya mau menerimanya. Tetapi ibunya berkata, “Simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang”.
- Saat anak telah menjadi kaya, lalu menjemput ibunya agar mau tinggal di rumah besarnya yang mewah, Ibunya berkata, “Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggal di rumah besar dan mewah seperti itu”.
- Saat menjadi tua dan sang ibu sakit keras, anaknya menungguhi sambil menangis, tetapi ibu masih terus tersenyum sambil berkata, Jangan menangis nak, ibu tidak apa-apa, ibu sudah biasa sakit seperti ini. Ini adalah kebohongan terakhir yang dibuat ibu. Karena setelah ini Ibu kita telah berpulang kerahmatullah, menghadap kepada yang kuasa.
Dulu pernah
terjadi, suatu hari, setelah Nabi wafat, seorag pengemis wanita bersama dua
orang anaknya yang sedang kelaparan menghampiri Aisyah dan meminta makanan.
Saat itu, Aisyah tinggal memiliki tiga potong roti. Lalu ia berikan tiga potong
roti itu kepada pengemis. Kedua anaknya, masing-masing mendapat satu roti dan
si ibu juga mendapat satu. Tetapi kedua anak pengemis itu melahap rotinya
dengan cepat, setelah rotinya habis, kedua anak itu menatap ibunya dengan penuh
harap, yang saat itu hendak memakan roti bagiannya. Akhirnya Si ibu
mengurungkan niatnya memakan roti itu dan membaginya menjadi dua lalu
menyerahkan roti itu kepada kedua anaknya, “makanlah nak… ibu masih
kenyang”. Pemandangan yang luar biasa dan mengharukan ini menyentuh
perasaan ‘Aisyah hingga beliau meneteskan air mata.
Tidak peduli
seberapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, jangan pernah merasa tersinggung
dengan perlakuan ibu kita yang selalu menganggap kita anaknya yang kecil dan
selalu harus di ingatkan dan dikhawatirkan. Padahal beliaunya sendiri tidak pernah
membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya. Itu semua karena kasih sayangnya yang
selalu bertahan utuh dalam batinnya terhadap anak-anaknya.
Mudah-mudahan semua
anak di dunia ini bisa menghargai setiap kebohongan seorang ibu terhapanya, karena
Beliaulah malaikat nyata yg dikirim TUHAN untuk menjaga kita. Berbahagialah
orang-orang yang masih di tungguhi ibunya
dan bahagiakanlah ibu selagi masih ada menemani kehidupan kita sehari-hari.
Wassalam. (Nuqil, FB. Toha Mahsun)
Post a Comment