Kiai Dalhar : " Orang Tak Punya Rasa Hakikatnya Bukan Manusia
PCNU Pringsewu.
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai Mahluq yang paling sempurna dimuka bumi.
Kesempurnaan manusia itu harus terus dijaga dan digunakan untuk beribadah
kepada Allah SWT. Jangan sampai kesempurnaan tersebut hilang sehingga manusia
hanya dalam bentuk jasadnya saja namun hakikatnya bukan manusia.
Demikian
dikatakan Pengurus Jamiyyah Thoriqoh Al Mu'tabaroh An-Nahdliyyah atau JATMAN
Pringsewu Lampung KH. Muhammad Dalhar saat memberikan penjelasan Materi Tasawuf
pada Ngaji Ahad Pagi yang terkenal dengan istilah Jihad Pagi di Gedung NU, Ahad
(13/02/16).
Kiai Dalhar
mengatakan bahwa untuk menjadikan manusia sebagai makhluq yang sebenar benarnya
manusia, harus menyadari hakikat diciptakannya manusia. " Dalam diri kita
mengalir darah. Dalam darah kita ada ruh dan dalam ruh ada rasa. Sehingga jika
orang tak punya rasa, hakikatnya bukan manusia " tegasnya.
Sebagai contoh
Ia mengatakan bahwa rasa kita sebagai seorang orang tua, anak, kakak, adik dan
sebagainya merupakan hal yang membedakan kita dari hewan. " Kalau hewan
tidak memiliki rasa itu. Jadi bila kita bertingkah semaunya tanpa memikirkan
rasa tersebut berarti kita sama saja seperti hewan " tegasnya.
Lebih lanjut
Kiai Dalhar mengingatkan bahwa sebagai mahluq yang paling sempurna, manusia
juga harus menyadari bahwa tugas utamanya adalah beribadah mendekatkan diri
kepada yang telah menciptakannya yaitu Allah SWT.
Dalam beribadah
ada 4 tingkatan yang dapat menghantarkan manusia merasakan nikmatnya beribadah
sekaligus menjadikan manusia lebih sempurna lagi. " Empat tingkatan
tersebut adalah Marifat yakni Ilmu dalam beribadah, Syariat yakni cara
beribadah, Thariqat yakni jalan atau arah beribadah dan yang terakhir adalah
tingkatan Hakikat yakni tujuan dari ibadah kita " jelasnya.
Kiai Dalhar
mengibaratkan perjalanan menuju kenikmatan beribadah tersebut seperti berlayar
mengarungi lautan. " Marifat itu ilmunya, Syariat itu Kapalnya, Thariqat
itu lautnya dan Hakikat itu adalah Mutiara didalam lautnya " pungkasnya. (Muhammad Faizin).
Post a Comment