Islam Nusantara Diterima Oleh Tokoh-Tokoh Ulama Internasional
Lbm-Nu Lampung - Konsep Islam
Nusantara yang digulirkan oleh PBNU ternyata disambut baik, disetujui dan siap
diterapkan oleh ulama moderat dari seluruh penjuru dunia muslim yang aktif
dalam International Summit of The Moderate Islamic Leadership di Jakarta
Convention Centre, Jakarta (09-11/05/2016). Meskipun pada awalnya menuai
penolakan dari sebagian kecil tokoh muslim di negeri kita yang enggan melakukan
klarifikasi kepada PBNU dan sebenarnya sangat tidak tahu menahu atau gagal
paham dengan istilah tersebut.
Demikianlah
ciri khas sebagian umat Islam di negeri kita yang cenderung lebih suka menerima
apa saja yang datang dari luar negeri, seperti HTI misalnya, meskipun tidak
tahu apa manfaat dan bahayanya, dari pada apa yang murni digagas oleh
tokoh-tokoh muslim nasionalis yang paling berpengaruh di negeri sendiri.
Mereka, para
peserta ISOMIL, banyak berharap kepada Nahdlatul Ulama sebagai organisasi umat
Islam terbesar di dunia untuk pro aktif bekerja sama dalam mewujudkan
perdamaian di seluruh wilayah muslim di Timur Tengah yang tidak henti-hentinya
dilanda konflik dan peperangan yang sangat merugikan umat Islam, namun
menguntungkan negara-negara Barat seperti Amerika dan sekutu-sekutunya.
Keutuhan NKRI
yang terjaga dengan baik tidak terlepas dari peran besar warga NU yang sangat
menaati para kyai mereka dalam hal pentingnya mencintai dan membela tanah air
(nasionalisme/al-wathaniyyah) dan kepatuhan terhadap ajaran agama. Keutuhan,
kedamaian dan persatuan umat Islam dan non muslim di seluruh penjuru Indonesia
yang dibangun atas dār al-salām (bukan dār al-Islām) dengan dasar PANCASILA itu
sangatlah layak diteladani oleh umat manusia di seluruh dunia, baik di Barat
maupun di Timur, terutama negara-negara muslim di Timur Tengah.
Umat Islam
wajib membangun kesadaran beragama yang lebih positif, menciptakan solidaritas,
mewujudkan persatuan di bawah kepemimpinan setiap ulamanya untuk mencegah
terjadinya setiap kekerasan, pertikaian dan pertumpahan darah atas nama agama,
karena yang demikian itu justru merusak citra ajaran Islam dan menodai
kehormatan umat Islam di hadapan non muslim di seluruh penjuru dunia, serta
menciptakan ketegangan, kekerasan dan kecurigaan terhadap umat Islam sendiri.
Saya berharap
agar umat Islam Indonesia, terutama para tokohnya, agar tidak tergesa-gesa
menolak konsep Islam Nusantara yang tiada lain adalah Islam Ahlussunnah
wal-Jama'ah an-Nahdliyyin yang mencita-citakan terwujudnya Islam rahmatan
lil-'ālamīn melalui prinsip-prinsip keadilan, moderasi, toleransi dan
keseimbangan, sebagaimana selalu diperjuangkan oleh para pendiri dan para kyai
NU sepanjang hayatnya.
Post a Comment